November 16, 2024
IMG_20230826_161951
Bagikan:

Sapi perah adalah salah satu hewan ruminansia yang produk utamanya untuk diambil susunya. Pakan merupakan faktor penentu utama dalam mencapai suatu keberhasilan usaha peternakan tersebut, utamanya hijauan pakan. Pemberian hijauan dalam jumlah yang banyak (sesuai kebutuhan) dengan kualitas yang baik sangat diperlukan untuk mendapat produksi dan kualitas yang optimal. Pemberian hijauan pakan dapat meningkatkan kadar lemak susu, dimana kadar lemak susu merupakan salah satu tolok ukur dari kualitas susu. Permasalahan yang terjadi di Teaching Factory (TEFA) Sapi Perah Politeknik Negeri Jember yaitu keterbatasan lahan hijauan makanan ternak.  Hal ini juga terjadi pada peternakan sapi perah di pulau jawa pada umumnya, yaitu masalah semakin terbatasnya lahan hijauan, sedangkan kebutuhan akan susu segar semakin meningkat.

Produksi susu sapi perah FH di negara asalnya (Belanda) berkisar antara 6.000-7.000 liter/laktasi,  sedangkan  produktivitas sapi FH di Indonesia masih rendah yaitu 10 liter/ekor/hari atau sekitar 3.050 kg/laktasi. Sedangkan biaya pakan sendiri 60-70% dari biaya pemeliharaan. Melalui skema pendanaan PNBP P3M Politeknik Negeri Jember, tim riset yang diketuai oleh Dr. Ir. Suci Wulandari, M.Si., IPM dan beranggotakan Adib Norma Respati, S.Pt., M.Sc., Dr. Budi Utomo, S.Pt., MP., serta Satria Budi Kusuma, S.Pt., M.Sc. melakukan riset terapan yang berjudul “Produksi, Mutu Nutrisi, dan Tingkat Palatabilitas Tanaman C4 Dan C3 Hydroponic Fodder dalam Mendukung Penyediaan Hijauan Pakan TEFA Sapi Perah Polije Secara Kontinyu”, guna menjawab tantangan tersebut.

Aplikasi hydroponic fodder sebagai pengganti hijauan pakan secara konvensional patut dipertimbangkan, karena lebih praktis dan efisien. Kelebihan dari sistem ini antara lain dapat diproduksi di lokasi yang tidak luas karena dapat disimpan di rak bertingkat; Tanaman tumbuh dalam waktu yang singkat sehingga dapat menjamin ketersediaan hijauan pakan sepanjang tahun; dan tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Tujuan dari penelitian ini adalah eksplorasi untuk mendapatkan fodder yang produksinya tinggi dan palatabel sebagai hijauan pakan masa depan pengganti hijauan pakan konvensional untuk mendukung penyediaan pakan pada TEFA Sapi Perah Polije secara kontinyu. Hasil dari riset ini menunjukkan bahwa dari jenis rumput yang terbaik yaitu jagung dengan lama penananman 10 sampai 14 hari.

Dari sekitar setengah kilogram biji jagung didapatkan hampir 2kg fodder pakan, artinya terdapat kenaikan empat kali lipat biomassa dalam waktu tidak sampai setengah bulan, terang Ibu Suci. Penelitian ini juga melibatkan dua orang mahasiswa program studi D4 Teknologi Pakan Ternak yaitu Ahmad Andi Lutfi dan Muhammad Alfian Andreyanto. Kedua mahasiswa tersebut bertanggung jawab dalam pemeliharaan hydroponic fodder, tambah Ibu Adib.

Baca juga: Pelatihan Good Handling Practices (GHP) di TeFa Kebun Inovasi

Pak Budi menjelaskan bahwa jenis tanaman dan nutrisi yang diberikan sangat memengaruhi hasil produksi fodder. Misalkan antara biji jagung, padi, dan sorgum maka didapatkan jagung menghasilkan fodder yang paling tinggi. “Potensi teknologi hydroponic fodder ini dapat dikembangkan sebagaimana tanaman hortikultura, melalui penelitian ini kami ingin mengetahui bobot bahan kering dan kandungan nutrisi terbaik diantara beberapa jenis rumput pakan.” Pungkas Pak Satria.

About Author


Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *