April 20, 2025
Picture2
Bagikan:

Politeknik Negeri Jember telah berhasil mengembangkan teknologi pakan hidroponik untuk meningkatkan performa produksi domba lokal di TEFA Feedlot.

Jember, Desember 2024 – Ketahanan pangan menjadi salah satu tantangan utama sektor peternakan di Indonesia, terutama dalam menyediakan pakan berkualitas di tengah keterbatasan lahan hijauan. Penelitian terbaru dari Politeknik Negeri Jember (Polije) membawa angin segar dengan memperkenalkan hydroponic fodder, teknologi pakan hijauan yang dikembangkan menggunakan metode hidroponik.

Solusi di Tengah Keterbatasan Lahan

Seiring dengan pesatnya pembangunan fasilitas pendidikan, TEFA Feedlot Polije menghadapi keterbatasan lahan hijauan. Teknologi hydroponic fodder menawarkan solusi inovatif melalui budidaya hijauan dalam waktu singkat (7–14 hari) di media cair dengan kondisi yang terkontrol. Hijauan ini memiliki keunggulan berupa kadar serat ADF dan NDF rendah, kecernaan tinggi, serta efisiensi ruang dan tenaga kerja.

Ketua peneliti, Satria Budi Kusuma, S.Pt., M.Sc., menjelaskan bahwa penelitian ini berfokus pada penggunaan tanaman C4, seperti jagung, sebagai bahan baku utama. “Tanaman C4 memiliki produktivitas dan efisiensi fotosintesis yang tinggi sehingga sangat cocok untuk diolah menjadi hydroponic fodder,” ujarnya.

Tahap Penelitian dan Hasilnya

Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pertama, peneliti mengevaluasi performa produksi domba lokal, meliputi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan harian (PBBH), konversi pakan, dan kecernaan pakan secara in vitro. Tahap kedua menilai efisiensi biaya produksi hijauan tersebut.

Hasilnya, hydroponic fodder jagung menunjukkan tingkat kecernaan bahan kering (KcBK) sebesar 80,27% dan bahan organik (KcBO) sebesar 83,96%, yang menandakan kualitas pakan yang baik. Meski tidak memberikan perbedaan signifikan terhadap konsumsi dan pertambahan bobot badan harian dibandingkan kontrol, teknologi ini memiliki potensi besar sebagai alternatif pakan di musim kemarau.

Keunggulan Ekonomi dan Lingkungan

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa meskipun biaya pakan menggunakan hydroponic fodder sedikit lebih tinggi dibandingkan rumput lapang, teknologi ini menawarkan keuntungan berupa kemudahan budidaya, independensi dari musim, dan efisiensi penggunaan lahan. Dalam jangka panjang, hal ini dapat mendukung keberlanjutan usaha peternakan.

Menurut data, nilai Income Over Feed Cost (IOFC) dari domba yang diberi hydroponic fodder mencapai Rp1.822 per hari. Walaupun sedikit lebih rendah dari domba kontrol (Rp2.175 per hari), teknologi ini tetap layak sebagai alternatif solusi di masa depan.

Rekomendasi dan Tahapan Selanjutnya

Tim peneliti menyarankan bahwa hydroponic fodder jagung dapat digunakan sebagai substitusi pakan hijauan tanpa memengaruhi performa produksi domba. Rencana penelitian selanjutnya akan difokuskan pada pengaruh teknologi ini terhadap produksi dan kualitas susu kambing peranakan etawa (PE).

“Melalui teknologi ini, kami berharap dapat mendukung kemandirian pangan ruminansia lokal dan menjadi inspirasi bagi peternak lain untuk mengadopsi teknologi modern dalam penyediaan pakan,” kata Dr. Ir. Suci Wulandari, salah satu anggota tim peneliti.

Penelitian ini merupakan bagian dari Roadmap Riset Polije 2021–2024 dalam mewujudkan kemandirian pangan berbasis teknologi inovatif. Polije juga berkomitmen memublikasikan hasil penelitian ini dalam jurnal bereputasi dan media massa untuk meningkatkan diseminasi ilmu pengetahuan.

Dengan terus mengembangkan teknologi ini, Polije optimis sektor peternakan Indonesia dapat semakin kompetitif di pasar global.

About Author


Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *