
Situbondo – Pemanfaatan limbah peternakan menjadi pupuk kompos di Desa Selobanteng, Kabupaten Situbondo, kini menjadi solusi inovatif dalam mengatasi pencemaran lingkungan dan kelangkaan pupuk. Program yang digagas oleh Tim Pengabdian Masyarakat dari Politeknik Negeri Jember ini berhasil memberdayakan petani dan peternak melalui penerapan teknologi pembuatan pupuk organik padat dan cair.
Desa Selobanteng selama ini menghadapi sejumlah permasalahan lingkungan akibat tingginya produksi limbah dari peternakan sapi potong. Dengan populasi 847 ekor sapi, kotoran yang dihasilkan kerap meluap hingga ke jalan desa, menimbulkan konflik sosial dan mencemari lingkungan. Di sisi lain, petani juga dihadapkan pada kelangkaan pupuk untuk lahan jagung seluas 156 hektar, yang mengakibatkan penurunan produktivitas panen.
Melalui kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan sejak Agustus 2024, masyarakat desa mendapat pendampingan intensif dari tim akademisi Politeknik Negeri Jember. Ketua Tim, Rizki Amalia Nurfitriani, S.Pt., M.Si., menyampaikan bahwa program ini mengusung konsep teknologi terpadu, menggabungkan pemanfaatan limbah peternakan dan pertanian menjadi produk bernilai guna. “Kami memfokuskan dua solusi utama, yakni produksi pakan fermentasi untuk sapi potong dan pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk organik ramah lingkungan,” jelas Rizki.
Dalam workshop pembuatan pupuk, peserta dilatih memanfaatkan limbah kotoran sapi dan bahan-bahan lokal, seperti molases, bekatul, dan rumen sapi, menjadi pupuk organik padat dan cair. Hasil pelatihan menunjukkan antusiasme tinggi dari peternak dan petani, dengan keterampilan yang meningkat signifikan. Selain itu, aplikasi pupuk organik pada lahan jagung terbukti efektif meningkatkan produktivitas tanaman, mengurangi biaya pupuk, serta mengatasi keterbatasan pupuk kimia di pasaran.
Tak hanya itu, program ini turut mendorong konsep green economy dengan mengintegrasikan sektor peternakan dan pertanian. Limbah yang sebelumnya mencemari lingkungan kini menjadi sumber daya produktif yang mendukung ketahanan pangan lokal.

Ke depan, tim pengabdian berencana terus melakukan pendampingan dan evaluasi agar Desa Selobanteng dapat mencapai status sebagai “Desa Mandiri Pakan” (MAPAN). “Dengan kolaborasi yang solid, kami yakin program ini dapat berkembang menjadi model pemberdayaan desa yang berkelanjutan,” tutup Rizki.
Program ini juga melibatkan mahasiswa Politeknik Negeri Jember sebagai bagian dari dukungan terhadap Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Para mahasiswa berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan dan pendampingan teknis di lapangan.
Dengan semangat inovasi dan kolaborasi, Desa Selobanteng kini berada di jalur yang tepat untuk menjadi contoh sukses pengolahan limbah peternakan yang produktif, ramah lingkungan, dan berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat.