Ketersediaan pakan di masa paceklik saat ini menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini karena pemberian pakan untuk ternak perlu disediakan tidak hanya untuk hari saat ternak itu makan, tetapi juga untuk hari-hari berikutnya. Masa paceklik menimbulkan dampak yang kurang baik khususnya pada peternak dalam menyediakan pakan untuk ternak dalam satu hari bahkan satu minggu ke depan. Salah satu dampaknya yaitu kekurangan pakan yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan ternak. Adanya hambatan ini tentunya akan berdampak pada peternak dalam memproduksi daging yang merupakan sumber protein hewani yang dibutuhkan masyarakat.
Baca juga : keterampilan petani dalam memproduksi pupuk organik
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan pengawetan pakan. Pengawetan pakan yang umum diterapkan di Indonesia yaitu menggunakan metode silase. Metode silase merupakan metode pengawetan melalui fermentasi dengan memanfaatkan mikroba dan dilakukan secara kedap udara (anaerob). Bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan silase yaitu bahan-bahan yang tersedia di wilayah setempat. Sebagai salah satu bentuk menjalankan tugas tridharma perguruan tinggi, tim pengabdian Masyarakat Politeknik Negeri Jember (Polije) yang terdiri dari emapt dosen dan dua mahasiswa
Kelompok ternak Joyo Sedoyo Farm merupakan kelompok ternak yang berada di Desa Bagorejo, Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember yang berfokus pada usaha peternakan domba. Anggota dari kelompok ternak Joyo Sedoyo Farm sebanyak 35 anggota yang berdomisili di Desa Bagorejo. Upaya kelompok ternak Joyo Sedoyo Farm dalam memproduksi daging domba sebagai sumber pangan protein memiliki beberapa kendala, khususnya di masa pandemi yang sampai sekarang masih terus berlanjut.
Baca juga :keterampilan petani dalam memproduksi pupuk organik
Hasil diskusi tim pengabdian dengan ketua kelompok Joyo Sedoyo Farm mengenai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan usaha peternakan domba diantaranya bahan pakan yang tersedia hanya cukup dalam jangka 1 minggu, sisanya peternak cukup kesulitan dalam mencari bahan pakan. Selain itu, banyak limbah perkebunan tersedia akan tetapi peternak bingung dalam memberikan pada ternak, hal ini karena limbah perkebunan mengandung serat kasar yang tinggi. Kendala lainnya, peternak belum memahami mengenai cara pembuatan silase dimana selama ini silase yang dibuat masih kurang bagus (busuk). Permasalahan ini berdampak pada pemeliharaan ternak yang terpaksa harus dikurangi populasinya dan dijual dengan usia jual yang belum waktunya. Permasalahan lain yang dihadapi oleh peternak yaitu rantai penjualan yang selama ini masih didominasi oleh tengkulak dalam bentuk ternak hidup, sementara untuk penjualan daging dalam bentuk commercial cut mampu meningkatkan pendapatan peternak sendiri, terang Rizki Amalia Nurfitriani, S.Pt., M.Si. selaku ketua tim pangabdian Masyarakat.
Adanya permasalahan ini tentunya menjadi perhatian khusus untuk kelompok ternak Joyo Sedoyo Farm, apabila dibiarkan dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi kekosongan bahan pakan, sehingga usaha peternakan terancam terhenti. Oleh karena itu, perlu dicarikan solusi dalam permasalahan ini. Solusi yang ditawarkan tim pengabdian yaitu peningkatan keterampilan peternak dalam menyediakan pakan khususnya metode pengawetan pakan secara silase berbahan limbah perkebunan dengan penambahan Lactobacillus plantarum. Adapun solusi untuk mengatasi masalah pemasaran yaitu dengan mengubah skema penjualan dari bentuk ternak hidup menjadi commercial cut, penjualan ini dilakukan berbasis digital marketing melalui penggunaan e-commerce, ungkap Nur Muhamad, S.Pt., M.Sc.
Baca Juga : Keterampilan petani dalam memproduksi pupuk organik
M. Adhyatma, S.Pt., M.Si. menjelaskan bahwa Silage technology merupakan salah satu metode pengawetan pakan yang dilakukan dengan cara fermentasi menggunakan mikroba. Pengawetan silage technology dilakukan secara anaerob dengan hasil akhir memproduksi asam laktat sebagai indicator berhasilnya produk silase tersebut. Lacatobacillus plantarum dapat menghasilkan enzim ferulasi esterase selama fermentasi dan meningkatkan degradasi NDF dari hijauan selama proses ensiling. Selain itu, Lactobacillus plantarum dapat meningkatkan kinerja ternak di saat pakan yang dikonsumsi ternak tersebut diolah menjadi silase. Adanya bakteri Lactobacillus plantarum dalam rumen dapat menstimulus produksi volatile fatty acid (VFA) dan mampu merangsang respon imun pada bagian intestinal.
Dr. Niswatin Hasanah, S.Pt., MP. menjelaskan bahwa menurut hasil survey menunjukkan sebanyak 83% peternak memahami mengenai teknologi silase. Inovasi silase dengan menggunakan starter Bakteri Asam Laktat (BAL). Adapun saran dari Kelompok Ternak Joyo Sedoyo Farm yaitu perlu adanya program pengembangan dengan bimbingan teknis pengolahan pakan hingga menganalsisi kualitas nutrisi dari silase yang dihasilkan. Kegiatan ini akan dilakuakn secara berkelanjutan untuk dapat memastikan peternak terampil secara mandiri dalam mengolah pakan menjadi silase.
Baca juga : keterampilan petani dalam memproduksi pupuk organik